Membaca adalah sebuah kegiatan yang identik dengan
kehidupan manusia, dengan membaca kita dapat membuka banyak sekali ilmu
pengetahuan yang kita tidak ketahui sebelumnya, juga dengan membaca kita akan
mampu untuk menabung kebijaksanaan, menghaluskan perasaan, dan membawa banyak
nilai kehidupan dalam hidup ini. Sungguh berbeda sekali perilaku orang yang
gemar membaca dengan orang yang membaca hanya secuil.
Banyak orang yang merasa bahwa dia sudah pintar dan
merasa cukup dengan kepintarannya, dan dia menganggap bahwa dia telah
mengarungi lautan ilmu pengetahuan, padahal itu sebenarnya disebabkan karena
kurangnnya dia dari membaca sehingga dia tidak sadar akan luasnya ilmu
pengetahuan Allah. Seperti kita ketahui, tingkatan belajar adalah yang pertama
dia akan menjadi sombong karena dia baru pertama mempelajarinya, yang kedua dia
akan menjadi tawadu’ setelah dia tahu bahwa banyak orang-orang yang lebih
pintar darinya, dan tingkatan yang terakhir adalah ketika dia merasa dia tidak
tahu apa-apa karena begitu luasnya ilmu pengetahuan Allah.
Aktivitas membaca adalah cara kita menyelami pikiran
para penulis besar. Mereka itu orang-orang sibuk, tinggal jauh dari kota kita,
bahkan hidup di zaman yang berbeda. Tapi kita bisa bercengkrama dengan
pikiran-pikirannhya, berbicang mesra, mencuri ide dan gagasannya, tanpa dia
marah dan merasa terganggu
Bahkan sebenarnya,
setiap detik hidup manusia adalah membaca. Layaknya komputer, hidup adalah
rangkaian input-process-output. Perbedaannya adalah manusia memiliki alat yang
berbeda. Manusia memiliki mata, tangan, telinga, dan anggota tubuh lainnya.
Tanpa membaca misalnya, seseorang tak dapat
mengendarai kendaraan. Sebab setiap waktu ia harus membaca jalan, rambu-rambu
lalu lintas, dan petunjuk-petunjuk yang lainnya agar perjalanannya selamat dan
sampai tujuan. Dan juga dalam setiap kegiatan kita pasti ada prosedur yang
harus kita baca dan kita pahami agar nantinya tidak tersesat dan menjadi salah.
Jika mendaki gunung, kita hanya akan bisa pulang kembali bila memiliki
mekanisme baca-simpan-cari (read, save, and retrieve).
Setiap orang bisa saja membaca objek yang sama. Namun
yang membedakan adalah kualitas pembacaannya. Pada masa jahiliyyah dahulu,
kondisi kehidupan masyarakat didominasi oleh pembacaan yang salah. Seorang
muslim harus menjadikan membaca dengan cara yang benar sebagai bagian dari
hidupnya. Manusia baru dapat dimintai pertanggungjawaban setelah mampu membaca
dalam arti luas. Sebab kemampuan membaca dengan baik merupakan tanda
berfungsinya akal seseorang. Kualitas pembacaan juga ditandai dengan kedalaman
atau kejauhan pandangannya mengenai bacaannya tersebut. Dengan hanya sedikit
indikator atau tanda, seharusnya setiap Muslim mampu membaca jauh melebihi apa
yang dilihatnya. Mampukah kita misalnya, membaca laut pada kedalaman 7
kilometer? Bagaimana kita bisa membaca benda-benda di langit?
Pembacaan-pembacaan yang jauh seperti ini baru lazim
dilakukan masyarakat Jepang. Bahkan disebutkan bahwa 10% rakyat Jepang mampu
hidup dengan hanya mengandalkan bambu. Hal ini karena mereka bisa menjelaskan
bambu dari segala aspeknya. Mereka bisa membaca sesuatu yang tidak bisa dibaca
orang lain.
Selain membaca, pemahaman Iqra dalam arti luas
berkaitan juga dengan sistem penyimpanan atau memori, dan cara pemanfaatan
memori tersebut. Dalam hidup kita, membaca sering menjadi sia-sia karena kita
menyimpan banyak data yang tidak perlu. Pembacaan yang berkualitas perlu
penyimpanan secara efisien. Karena hal yang paling penting setelah mengadakan
penyimpanan adalah pencarian, jadi kita perlu upaya dalam penyimpanan data
secara sistematis. Bila pembacaan yang berkualitas tersebut dilakukan, kita
akan mampu mengambil tindakan dan tanggung jawab yang efisien dan dengan
demikian kita bisa melakukan banyak hal dalam waktu yang singkat.
Kemampuan mencari ini juga cukup penting diterapkan
dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu pada zaman modern ini banyak digagas Qur’an
Digital, setidaknya ada empat keterkaitan dalam Alquran yang perlu dipetakan
agar mempermudah pencarian.
Pertama,
keterkaitan pragmatik. Pragmatik adalah ilmu berkenaan dengan syarat-syarat
yang mengakibatkan serasi atau tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi.
Kedua,
keterkaitan sintaktik. Sintaktik adalah ilmu mengenai tata kalimat.
Ketiga,
keterkaitan semantik. Semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat.
Terakhir, keterkaitan statistik, berupa jumlah suatu kata dalam suatu surat dan
dalam Alquran secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar